Pages

Sabtu, 27 Oktober 2018

SOLO HIKER


Diakui atau tidak, cukup banyak diantara kita para petualang terutama saat awal-awal mengenal dunia pendakian, pernah melakukan pendakian/penjelajahan seorang diri atau yang sering disebut Solo Hiker. Saya sendiri pernah beberapa kali melakukannya saat awal-awal mengenal dunia petualangan. Ada kesan menantang, ekstrim, dan mengasikkan, meskipun ada kalanya jenuh karena entah mau ngobrol dengan siapa terutama saat malam hari.
Seiring pertumbuhan mental dan pemikiran saya dalam dunia petualangan, pada akhirnya solo hiker memunculkan sebuah polemik. Yang menjadi permasalahan di sini bukan soal “Boleh” atau “tidak boleh”, tetapi lebih pada “meletakkan konsep keselamatan dan kenyaman sebagai landasan utama”, dan kodrat manusia sebagai “makhluk sosial” yang membutuhkan manusia lain.

Senin, 30 September 2013

PANJAT TEBING DI INDONESIA

PERJALANAN PAJAT TEBING DI INDONESIA

Panjat Tebing secara difinisi adalah menaiki atau memanjat tebing yang memanfaatkan celah atau tonjolan yang dapat digunakan sebagai pijakan atau pegangan dalam suatu upaya pemanjatan untuk menambah ketinggian. Para pemburu kambing gunung di Austria-lah yang diyakini sebagai pelopor aktivitas ini, yang kemudian berkembang menjadi satu aktivitas petualangan hingga akhirnya memunculkan berbagai teknik, peralatan, perlengkapan serta bandan/lembaga baik formal maupun informal yang secara khusus menangani hal-hal yang berhubungan dengan aktivitas ini.

Di Indonesia sendiri, Panjat tebing pada awalnya dilakukan oleh militer dalam hal ini Resimen Para Komando Angktan Darat (RPKAD) yang saat ini bernama Komando Pasukan Khusus (KOPASSUS) yang melakukan latihan di kawasan Gn. Manik atau yang lebih dikenal dengan nama Tebing 48 di Citatah, Padalarang – Jawa Barat.

Pada tahun 1979, Hari Sulistiarto dan Agus melakukan pemanjatan di Planetarium Taman Ismail Maruki. Moment inilah yang menjadi awal kelahiran panjat tebing di Indonesia. Sejak masa ini, dunia panjat tebing Indonesia mengalami perkembangan yang signifikan dengan mencatat ptrestasi berupa ekspedisi-ekspedisi besar baik di dalam maupun di luar negeri oleh putra bangsa ini, yang kemudian mulai dibentuklah badan resmi yang menangani aktivitas ini, yang sekarang kita kenal dengan Federasi Panjat Tebing Indonesia.

Sabtu, 21 September 2013

MENGGAPAI PUNCAK TERTINGGI DI UJUNG TIMUR INDONESIA (Bag-1)

PROFIL PUNCAK CARSTENZS PYRAMID

Carstensz Pyramid merupakan gunung tertinggi yang beratap salju yang terletak di Pulau Papua (dahulu Irian Jaya) Indonesia. Gunung ini merpupakan satu dari Tujuh Puncak Dunia (The Seven Summit) yang merupakan Gunung tertinggi di wilayah Oceania. Carstensz Pyramid dengan ketinggian 4884 m dpl, merupakan target yang diimpikan oleh banyak pendaki.

Carstensz Pyramid

Pada tahun 1623 Navigator dari Belanda John Carstensz menjadi orang pertama yang membawa kabar ke daratan Eropa tentang adanya puncak es di negara tropis di garis Geografis equator Barat Papua Nugini. Hasil laporannya ditanggapi dengan gelak tawa oleh publik pada saat itu. Baru pada tahun 1899, selang 3 abad lamanya ekspedisi Belanda yang sedang membuat peta di situ membenarkan apa yang di sampaikan John Carstensz. Maka namanya di abadikan di situ.

Rabu, 18 Mei 2011

PENANGGULANGAN BENCANA BERBASIS MASYARAKAT

Negara kita sangat rentan terhadap bencana terutama Bencana Alam, mengingat Indonesia berada dalam jalur Ring of Fire serta pertemuan lempeng dunia. Kerentanan terhadap bencana alam ini rupanya tidak diikuti dengan pemahaman tentang bencana itu sendiri, sehingga pada akhirnya pada saat terjadi bencana, jumlah korban selalu teramat banyak.

Jumlah korban jiwa yang selalu mencengangkan ini merupakan akibat dari Minimnya pemahaman masyarakan tentang Bencana Alam, akibat dari minimnya aparat pemerintah melakukan penyuluhan-penyuluhan.

Minimnya pengetahuan ini pada akhirnya juga merugikan kita semua, bayangkan saja, alat Tsunami Warning (pendeteksi tsunami) yang dipasang sejak terjadi Gempa dan Tsunami Aceh, lalu Pangandaran dan disusul Jogjakarta tahun 2006 cukup banyak yang tidak berfungsi, karena ada beberapa bagian yang hilang dicuri oleh masyarakat sendiri, atau rusak di bagian pelampungnya karena dipakai untuk bermain oleh anak-anak. Alhasil pada saat terjadi gempa disusul tsunami, yang seharusnya peralatan tersebut dapat mendeteksi secara dini, malah tidak berfungsi sama sekali.

PEDOMAN MITIGASI BENCANA ALAM (bag-4 Selesai)

FORMAT FORMULIR A PENANGGULANGAN BENCANA BERBASIS MASYARAKAT
klik form untuk memperbesar dan klik kanan, save image as.. untuk download

Selasa, 17 Mei 2011

PEDOMAN MITIGASI BENCANA ALAM (bag-3)

Kelompok Masyarakat Penanggulangan Bencana 

STRUKTUR ORGANISASI

Koordinator Umum

Koordinator Umum
Bertugas menjadi penampung masalah yang dihadapi anggota KMPB dan mencari jalan keluarnya dengan mengikutsertakan seluruh anggota. Koordinator ini juga diharapkan untuk bisa mendukung penuh segala kegiatan bagian-bagian dan regu regu dengan menjalin kerjasama yang baik. Koordinator Umum KMPB bertanggung jawab atas dukungan dan pemecahan masalah serta memenuhi kebutuhan organisasi disetiap tahap penanggulangan bencana. Koordinator ini juga bisa menjadi juru bicara pada waktu dibutuhkan.

Koordinator Bagian-bagian
ada empat Koordinator Bagian. Setiap bagian tersebut mempunyai Koordinator yang bertugas menjadi penampung masalah yang dihadapi anggota bagian masing-masing. Koordinator bagian juga bertugas untuk mencari jalan keluarnya dengan mengikutsertakan seluruh anggota. Koordinator masing-masing bagian ini diharapkan untuk bisa mendukung penuh segala kegiatan regu-regu didalam bagian dengan menjalin kerjasama yang baik. Koordinator bagian bertanggungjawab atas dukungan dan pemecahan masalah serta memenuhi kebutuhan bagain mereka disetiap tahap penanggulangan bencana. Koordinator bagian ini juga bisa menjadi juru bicara pada waktu dibutuhkan.

Rabu, 06 April 2011

PEDOMAN MITIGASI BENCANA ALAM (bag-2)


MANAJEMEN MITIGASI BENCANA

PENGUATAN INSTITUSI PENANGANAN BENCANA

Untuk memperkuat institusi maka perlu dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut:

1.    Memperbaiki dan mensosialisasikan Prosedur Tetap (Protap) SATKORLAK PB dan SATLAK PB yang memuat tugas dan tanggungjawab Instansi-instansi yang terkaitdalam manajemen bencana, termasuk mekanisme koordinasi.

2.   Meningkatkan kerjasama antara Instansi-instansi yang terkait dalam manajemen bencana.

3.    Meningkatkan kemampuan SATKORLAK PB dan SATLAK PB dalam hal sistem, peralatan dan sumber daya manusia.

4.   Mengembangkan sistem informasi sebagai usaha untuk meningkatkan kesiapan SATKORLAK PB dan SATLAK PB serta masyarakat dalam menghadapi bencana. Tindakan yang diperlukan antara lain :
a)    Menyusun strategi sistem informasi, yang mencakup:
1.   Tugas dan tanggungjawab antara pemakai dan personil pusat, pengendali sistem informasi;

2.   Audit internal untuk memeriksa system pengendalian dan mengevaluasi efektivitas sistem.

b)   Mengembangkan sistem penyebaran informasi kepada Instansi-instansi dan pihak lain yang terkait dengan mitigasi bencana.

c)    Menyiapkan database kajian termasuk diantaranya mikro zonasi resiko bencana.

Senin, 04 April 2011

PEDOMAN MITIGASI BENCANA ALAM (bag-1)

PENGERTIAN

Mitigasi didefinisikan sebagai : “Upaya yang ditujukan untuk mengurangi dampak dari bencana baik bencana alam, bencana ulah manusia maupun gabungan dari keduanya dalam suatu negara atau masyarakat.” Mitigasi bencana yang merupakan bagian dari manajemen penanganan bencana, menjadi salah satu tugas Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian rasa aman dan perlindungan dari ancaman bencana yang mungkin dapat terjadi.


Ada empat hal penting dalam mitigasi bencana, yaitu :


1)   tersedia informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk tiap jenis bencana;

2)   sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat dalam menghadapi bencana, karena bermukim di daerah rawan bencana;


3)   mengetahui apa yang perlu dilakukan dan dihindari, serta mengetahui cara penyelamatan diri jika bencana timbul,


4)   pengaturan dan penataan kawasan rawan bencana untuk mengurangi ancaman bencana.


Minggu, 03 April 2011

TEKNIK DASAR NAVIGASI DARAT - 2

Sebagai lanjutan dari posting sebelumnya, sekarang kita membahas masalah penghitungan-penghitungan yang ada dalam Navigasi Darat.


SUDUT PETA
Adalah sudut yang dibentuk oleh 2 buah garis (garis yang menuju utara peta dan garis yang terbentuk oleh kompas ke arah sasarannya)
Cara untuk mengukur sudut peta pada gambar di atas adalah :
Dari titik A ke titik B, tariklah sebuah garis, dan dari titik A, tariklah sebuah garis lagi yang sejajar dengan arah utara peta.

Hitung sudut yang terbentuk oleh kedua garis tadi dengan menggunakan bususr derajat atau menggunakan PROTACTOR yang merupakan perlengkapan navigasi. Penggunaan Busur dan Protactor pada dasarnya sama saja. Letakkan angka 0 di paling atas

Infolinks In Text Ads