Pages

Sabtu, 27 Oktober 2018

SOLO HIKER


Diakui atau tidak, cukup banyak diantara kita para petualang terutama saat awal-awal mengenal dunia pendakian, pernah melakukan pendakian/penjelajahan seorang diri atau yang sering disebut Solo Hiker. Saya sendiri pernah beberapa kali melakukannya saat awal-awal mengenal dunia petualangan. Ada kesan menantang, ekstrim, dan mengasikkan, meskipun ada kalanya jenuh karena entah mau ngobrol dengan siapa terutama saat malam hari.
Seiring pertumbuhan mental dan pemikiran saya dalam dunia petualangan, pada akhirnya solo hiker memunculkan sebuah polemik. Yang menjadi permasalahan di sini bukan soal “Boleh” atau “tidak boleh”, tetapi lebih pada “meletakkan konsep keselamatan dan kenyaman sebagai landasan utama”, dan kodrat manusia sebagai “makhluk sosial” yang membutuhkan manusia lain.

 It’s not about fear or unfear...
Tersebutlah nama besar, Reinhold Messner, seorang pendaki legendaris asal Italia, yang menjadi orang pertama melakukan pendakian solo tanpa tabung oksigen ke puncak Everest pada tahun 1980. Yang menjadi sorotan bukan soal supply oksigen, tetapi sang legend melakukan pendakian benar-benar seorang diri tanpa porter. Selesai melakukan pendakian solonya, Messner berkomentar “It’s not about fear or unfear, Mountain is dangerous”. Entah apa yang terjadi di atas sana sampai-sampai perkataan itu keluar dari mulut sang legendaris yang juga dijuluki “Eight-Thousanders”, sebutan/julukan untuk para pendaki yang pernah mencapai 14 puncak gunung 8.000 mdpl di dunia.
Ucapan Messner seolah membuka pola pikir saya soal solo hiker. Seolah-olah pikiran melayang mundur ke masa getol-getolnya jadi solo hiker. Memang benar, terlalu banyak resiko yang harus diambil oleh seorang solo hiker. Bagaimana tidak, pendaki sekelas Reinhold Messner saja sampai mengeluarkan ungkapan seperti itu, apalagi sekelas saya yang masih hijau dan kinyis-kinyis. Banyak hal yang bisa saja terjadi dan berakibat fatal, mengingat kita sendirian di tengah alam yang tidak pernah bisa kita ketahui ke mana maunya.
Bicara soal alam, Rob Hall, malam sebelum tragedi yang mengakibatkan dia kehilangan nyawanya di everest pada tahun 1996, sempat mengatakan, “ini bukan soal pertarungan antara manusia dengan alam, tapi alamlah yang menentukan siapa yang berhak mencapai pucak gunung itu”



KISAH SEORANG KAWAN
Cukup banyak kejadian tragis yang berhubungan dengan solo hiker. Ada yang memang benar-benar seorang diri saat melakukan pendakian, dan ada juga yang memisahkan diri dari rombongannya dan melanjutkan perjalanan seorang diri. Kasus Surya Ibrahim (G. Gede 1989) memisahkan diri dari rombongannya dan hilang bahkan jasadnya belum diketemukan sampai sekarang. Tragedi Keli yang meninggal di Gunung Semeru saat berjalan jauh seorang diri mendahului kelompokknya hingga saat terperosok ke dalam jurang, rekan-rekannya tidak mengetahuinya. Jenasahnya berhasil diketemukan sebulan kemudian.
Belum lama, seorang kawan yang juga sudah saya anggap saudara, bercerita soal pengalamannya saat melakukan Solo Hiking. Awalnya dia hanya sekedar refreshing melepaskan kepenatan, mengeksplorasi wilayah utara kota Bandung, tepatnya di daerah Patahan Lembang. “Medannya asik, lumayan lebat, kadang harus buka jalur segala”, demikian dia bercerita, sampai akhirnya keasikannya itu seolah sirna saat dia bertemu dengan orang lain. Bukan pendaki, tapi pemalak.  Kondisi saat itu dia sendirian, tanpa membawa peralatan/perlengkapan standard pendakian. (biasanya seorang pendaki membawa golok, atau minimal pisau). Selesailah sudah dia dipalak, entah apa saja yang diambil oleh pemalak itu.
Campur aduk rasanya, marah, kesal, jengkel, dan khawatir seperti gado-gado dicampur dan diaduk-aduk saat mendengar dia bercerita, mengingat saudara saya ini seorang gadis dengan tubuh kecil dan imut. Entah seperti apa keadaannya saat itu. Yang pasti pada akhirnya saya bersyukur dia masih selamat dan tidak jadi korban pelecehan sexual, meskipun dia sendiri mengatakan, kejadian itu meninggalkan trauma.

BUDDY SYSTEM
Berkaca dari kejadian-kejadian di atas, terlebih dari kejadian yang menimpa saudara saya sendiri, semakin menguatkan prinsip Buddy System adalah hal paling utama dalam melakukan petualangan. Buddy System yang pada awalnya digunakan dalam dunia militer, di mana satu orang menjaga yang lain dan sebaliknya, adalah sistem proteksi keamanan dan keselamatan saat melakukan aktivitas terutama di daerah-daerah “out boundaries” (di luar batas normal)
Belakangan, pola dalam Buddy System ini mulai digunakan dalam dunia petualangan, dalam rangka mengurangi resiko kecelakaan saat beraktivitas. Memang pada dasarnya setiap orang mempunyai pandangan dan prinsip masing-masing dalam melakukan petualangan, tetapi perlu diingat dan direnungkan, tujuan dari melakukan petualangan tersebut pada dasarnya adalah menggapai tempat-tempat yang baru dan nantinya kita bisa menceritakan kisah petualangan kita ke orang lain, karena dalam pandangan saya pribadi, Esensi dari pertualangan adalah nilai-nilai kebersamaan yang meletakkan konsep keamanan dan kenyamanan sebagai prinsip paling utama.
Cukup disayangkan memang, pengelolaan gunung-gunung yang ada di negeri kita kurang memperhatikan hal ini. Bahkan masih banyak di situs-situs pribadi yang menulis artikel tentang “Tips Mendaki Solo”. Sangat ironis sekali mengingat pemerintah Nepal, sudah sejak lama memberlakukan larangan bagi siapapun yang kan melakukan pendakian solo di wilayahnya, dalam rangka mengurangi angka kecelakaan pendakian.
Sekali lagi tulisan ini adalah pandangan saya pribadi sebagai pelaku petualangan. Soal Pro atau Kontra dengan Solo Hiker, kembali ke pribadi kita masing-masing. Pilihannya ada dua kalau menurut saya, Mendaki/berpetualang dengan hasil bisa pulang selamat dan berbagi cerita, atau menjadi solo hiker yang beresiko tinggi tidak bisa bercerita lagi untuk selamanya alias hilang nyawa.
Memang, petualangan di alam bebas adalah aktivitas dengan resiko tinggi (Hi Risk), tetapi tidak ada seorangpun petualang yang ingin dirinya mati sia-sia. Esensi dasar kita mempelajari dan menguasai teknik Survival sebenarnya memberi bekal bagaimana agar kita tidak masuk ke dalam situasi itu dan menjadi seorang Survivor.

22 komentar:

  1. Halo kang ogenk :D
    Nice post kang. Btw ralat dikit, nggak ada loh kang larangan pemerintah nepal untuk solo trekking atau solo hiking hehe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Om regy.... mau ikooot annapurna nya.... haha...
      Aku sempet dapet info di situsnya nepal om.. kukira beneran diterapin.... btw thx buat koreksinya

      Hapus
  2. QQWYMBET | DAFTAR DAN LOGIN

    Ayo segera daftarkan diri anda di QQWYMBET, Situs Judi Slot uang asli Terbesar di Indonesia.

    Dapatkan jackpot menarik jutaan rupiah.
    Cash back 100% hingga 200%.

    Daftar dan Login di link resmi QQWYMBET dibawah ini:

    WYMBETTING.COM
    WYMBET.INFO
    WYMBETAA.COM
    WYMBETTING.ORG

    BalasHapus
  3. https://www.facebook.com/112877677702178/videos/4164047116994235

    BalasHapus
  4. Nagaqq Yang Merupakan Agen Bandarq terbaik , Domino 99, Dan Bandar Poker Online Terpercaya di asia hadir untuk anda semua dengan permainan permainan menarik dan bonus menarik untuk anda semua

    Bonus yang diberikan NagaQQ :
    * Bonus rollingan 0.5%,setiap senin di bagikannya
    * Bonus Refferal 10% + 10%,seumur hidup
    * Bonus Jackpot, yang dapat anda dapatkan dengan mudah
    * Minimal Depo 15.000
    * Minimal WD 20.000
    * Deposit via Pulsa TELKOMSEL
    * 6 JENIS BANK ( BCA , BNI, BRI , MANDIRI , CIMB , DANAMON )

    Memegang Gelar atau title sebagai AGEN POKER ONLINE Terbaik di masanya

    11 Games Yang di Hadirkan NagaQQ :
    * Poker Online
    * BandarQ
    * Domino99
    * Bandar Poker
    * Bandar66
    * Sakong
    * Capsa Susun
    * AduQ
    * Perang Bacarrat
    * Perang Dadu
    * BD QQ (New Game)


    Info Lebih lanjut Kunjungi :
    Website : NAGAQQ
    Facebook : NagaQQ official
    WHATSAPP : +855977509035
    Line : Cs_nagaQQ
    TELEGRAM :+855967014811

    BalasHapus

Infolinks In Text Ads