PROFIL PUNCAK CARSTENZS PYRAMID
Carstensz Pyramid merupakan gunung tertinggi yang beratap salju yang terletak di Pulau Papua (dahulu Irian Jaya) Indonesia. Gunung ini merpupakan satu dari Tujuh Puncak Dunia (The Seven Summit) yang merupakan Gunung tertinggi di wilayah Oceania. Carstensz Pyramid dengan ketinggian 4884 m dpl, merupakan target yang diimpikan oleh banyak pendaki.
Carstensz Pyramid |
Pada tahun 1623 Navigator dari Belanda John Carstensz menjadi orang pertama yang membawa kabar ke daratan Eropa tentang adanya puncak es di negara tropis di garis Geografis equator Barat Papua Nugini. Hasil laporannya ditanggapi dengan gelak tawa oleh publik pada saat itu. Baru pada tahun 1899, selang 3 abad lamanya ekspedisi Belanda yang sedang membuat peta di situ membenarkan apa yang di sampaikan John Carstensz. Maka namanya di abadikan di situ.
CATATAN PERJALANAN KE PUNCAK CARSTENZS PYRAMID
19 April 2013
Dinihari Deden Wahyudin dari Indonesia Climbing Expedition berangkat menuju Bandar undara Soekarno Hatta Jakarta diantar oleh Tedi Ixdiana dan Johanes WSW dalam rangka melakukan Ekspedisi Pendakian Carstensz Pyramid di Papua, Indonesia.
Dengan menggunakan pesawat dari maskapai penerbangan Merpati Airlines, Deden berangkat menuju Timika-Papua pada pukul 04.20 WIB setelah mengalami penundaan (Delay) selama 15 menit. Pesawat transit di Bandar Udara Sultan Hassanuddin Makassar selama 30 menit dan kemudian melanjutkan penerbangan transit ke merauke Papua.
Tiba di Timika pukul 16.00 WIT setelah menempuh 1 jam penerbangan dari Merauke, Deden dari Indonesia Climbing Expedition bergabung dengan tim Carstensz Pyramid Expedition yang terdiri dari Moch. Hatta Gaharu, Arlen Kolinug, dan Jemry ketiganya dari Sulawesi Utara beserta 8 orang pendaki asal Amerika Serikat.
20 April 2013
Tim gabungan melakukan persiapan di Timika mulai dari pengecekan peralatan, perlengkapan, logistik, sampai dengan hal-hal lain yang dianggap perlu, untuk kemudian melakukan pengadaan peralatan dan perlengkapan yang belum ada. Tahap persiapan akhir ini dilakukan hingga tanggal 22 April 2013
Salah satu persiapan Tim di Timika |
23 April 2013
pukul 07.00 WIT dengan menggunakan pesawat ringan buatan Spanyol, Cessna 208 Caravan milik maskapai Jhonlin Air Transport yang berkapasitas 8-10 orang, tim berangkat dari Timika ke selama kurang lebih 45 menit penerbangan menuju Desa Sugapa yang merupakan ibukota kabupaten Intan Jaya.
Tim Gabungan sesaat sebelum bergerak |
Hingga saat ini belum ada sarana transportasi darat yang bisa mencapai desa tersebut. Sarana transportasi yang ada adalah pesawat-pesawat kecil jenis Cessna 208 atau jenis lainnya yang berkapasitas 8 sampai dengan 10 orang.
Pesawat Cessna 208 Caravan milik maskapai Jhonlin Air Transport yang menerbangkan tim menuju Desa Sugapa kabupaten Intan Jaya |
Di desa Sugapa, tim beristirahat sejenak dirumah kepala suku sambil bernegosiasi dengan porter. Setelah selang beberapa saat terjadi kesepakatan antara tim dan porter yang berjumlah 30 orang, tim melanjutkan perjalanan ke desa Soanggama yang merupakan desa terakhir sebelum memulai pendakian pada pukul 14.00 WIT dengan menempuh perjalanan darat selama kurang lebih 30 menit menggunakan ojek (kendaraan roda dua) dan berjalan kaki selama 2 jam.
Pendaftarn dan pendataan para Porter yang akan membawa barang-barang Tim |
Pada pukul 16.30 tim tiba di camp 1 desa Soanggama berhubung hari semakin gelap, tim memutuskan untuk bermalam dan melanjutkan perjalanan pada besok harinya.
24 April 2013
terjadi perselisihan antar porter tentang pembagian beban barang yang harus dibawa, beberapa porter merasa beban barang yang dibawah lebih berat dari yang lainnya sehingga perlu dilakukan pembagian ulang barang yang harus dibawa masing-masing porter.
Terjadi perselisiha diantara para porter tentang pembagian beban barang bawaan |
Selanjutnya tim kembali melakukan perjalanan menuju camp 2 Jambu Siga pada pukul 10.00 WIT perjalanan ditempuh melewati longsoran batuan kecil dan pasir, menyusuri sungai, jembatan, jalan berlumpur, berbagai kendalapun ditemui oleh tim karena sebagian tim telah kelelahan sehingga jalannya lambat menyebabkan perjalanan ditempuh selama kurang lebih 7 jam. Pada pukul 17.00 WIT tim tiba di Camp 2 Jambu Siga dan kembali bermalam disana.
25 April 2013
pukul 08.00 WIT tim kembali melakukan perjalanan dari Jambu Siga ke Camp 3 Rumah Payung melewati hutan belantara, menyusuri sungai dan jalanan berlumpur, jembatan-jembatan yang terbuat dari pohon, kira-kira pada pukul 14.00 WIT tim tiba di Camp 3 Rumah Payung perjalanan ini ditempuh selama kurang lebih 6 jam dan tim memutuskan untuk beristirahat disana, berhubung perjalanan pada besok hari medannya lebih sulit maka tim kembali mempersiapkan hal-hal yang dianggap perlu untuk diperhatikan agar perjalanan tetap aman.
Deden Wahyudin di depan Honay (rumah payung) |
26 April 2013
beberapa porter sakit malaria sehingga perjalanan dari Rumah Payung ke Camp 4 Endah Sugapa dimulai pada pukul 9.30 jalan berlumpur dan akar-akar yang sangat licin membuat perjalanan semakin sulit dan waktu yang diperlukan semakin lama untuk mencapai Endah Sugapa, perjalanan yang ditempuh kurang lebih selama 8 jam dikarenakan sebagian porter dari suku moni meminta kenaikan gaji dikarenakan sebagian tim telah kelelahan dan jalannya lambat dan kira-kira pada pukul 13.30 WIT tim tiba di Enda Sugapa dan bermalam di Endah Sugapa.
Beberapa Peralatan yang dibawa oleh Porter |
27 April 2013
pukul 10.00 WIT tim melanjutkan perjalanan menuju Camp 5 Ebay melewati padang Savana yang berlumpur, sejauh mata memandang terlihat pemandangan yang sangat indah, melewati daerah yang disebut pintu angin yang cuacanya tak menentu, kadang hujan kadang tidak. Perjalanan yang sungguh sangat menguras tenaga ini ditempuh dalam waktu 7 jam dan pada kira-kira pukul 17.00 WIT tim tiba di Ebay dan memutuskan untuk bermalam disana.
28 April 2013
pukul 08.30, Tim melanjutkan perjalanan menuju Camp Nasi Domeh. dari kejauhan tampak terlihat pegunungan Jaya Wijaya dan Carstensz Pyramid yang sangat diimpikan oleh tim. Medan berlumpur, melewati bukit-bukit dan bebatuan-bebatuan sungguh sangat membuat tenaga terkuras, didepan mata terhampar bebatuan-bebatuan yang tinggginya kurang lebih 30-100 meter.
DitengaH perjalanan turun hujan deras, cuaca dinginpun menyelimuti daerah sekitar dan menyebabkan air hujan yang tergenang berubah menjadi es. Namun semangat juang tak pernah mengenal lelah terus berkobar dihati, Deden tak menyerah sampai disini saja, terus berusaha melanjutkan perjalanan menuju puncak tertinggi di Indonesia. Berlapis-lapis pakaianpun digunakan untuk mencegah terjadinya hipotermia.
Perjalanan ditempuh selama kurang lebih 8 jam dan kira2 pada pukul 16.30 tim tiba di Nasi Domeh, terlihat dengan sangat jelas puncak Sumantri dan puncak Soekarno yang berada dipegunungan Jaya Wijaya seolah mengobati semua rasa lelah yang dirasakan. Haripun mulai gelap, saatnya beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan yang semakin berat.
Bersambung…..
Writer : Angela Sanchay
Tidak ada komentar:
Posting Komentar